MIMPI YANG MENJADI KENYATAAN
Oleh Tegar Wibowo
Cerita ini berawal dari kisah para remaja yang ingin menemukan dunianya masing-masing, dimana mereka menemukan kebahagiaan pada masa mereka SMA. Ya SMA adalah masa yang paling indah dalam dunia sekolah, merasa paling tinggi tingkatannya, merasa sudah lebih dewasa, dan sudah mulai memiliki arah dan jalan kehidupan untuk kedepannya. Di SMA ini cerita baru dimulai, aku Rain lengkapnya Raina Cesta Posa anak yang memiliki IQ berada di atas rata-rata, wajahku yang bisa dibilang Cantik dan cukup populer disekolah sekarang kelas 12, aku juga memiliki hobi yaitu membuat komik dan cita-citaku ingin menjadi komikus yang terkenal.
Pagi seperti biasanya aku sudah tiba disekolah dengan mengayun sepeda kesayanganku yang dihadiahi oleh ayah aku memakirkan sepedaku diparkiran khusus sepeda. Saat ini hanya sedikit orang yang baru terlihat, dan aku melakukan rutinitas yang biasa kukerjakan sebelum jam pelajaran dimulai. Bagiku komik adalah segalanya, dimana semua ekspresiku ada didalamnya dan seperti biasa aku selalu duduk dibangku taman bawah pohon.Aku juga memiliki 4 orang teman namanya Raisa, Deny, Febi dan Lidia. Mereka teman yang paling mengerti dan mendukungku kapanpun dan dimanapun.
Raisa adalah anak yang meemiliki tubuh tinggi dan wajah yang cantik, ia memiliki kenginan ingin masuk kepolisian tapi jika gagal ia ingin melanjutkan propesi ayahnya sebagai penerus perusahaan. Deny, anak yang memiliki keterbatasan Ekonomi memiliki wajah yang membuat hati perempuan takjub, ia memiliki niat untuk masuk Kedokteran dan bisa membahagiakan Ibunya. Feby ialah cowok yang hoby bernyanyi jadi harapan dia hanya ingin menjadi penyanyi yang terkenal dan Lidia adalah anak tukang bersih-bersih sekolah yang memiliki harapan untuk bisa masuk kedalam dunia Management. Kami semua memilki cita-cita yang begitu berarti, dan telah berjanji akan memperjuangkan mimpi itu semua.
Hingga aku mulai belajar apa arti dari rasa peduli, setia, dan cinta. Jam pelajaran baru saja dimulai, aku menutup buku yang biasa kupergunakan untuk membuat komik dan mulai mengeluarkan buku pelajaran. Kelas berjalan dengan khidmat tanpa adanya masalah, waktu baru saja menunjukkan pukul 8.47 AM, dan entah darimana rasa kantuk datang menyerangku dan mebuatku teridur sambil menopang kepalaku dengan tangan. Pak Dika berdiri didepan mejaku sambil mengetuk meja dengan mistar yang sontak membuatku terbangun dan terkejut.
Karena kesalahanku sendiri aku dihukum untuk membersihkan aula. Waktu istirahat adalah hal yang paling ditunggu-tunggu, namun karena sekolahku salah satu yang taat peraturan maka jam makan siang harus diurutkan berdasarkan peringkat. Ini juga saat-saat yang paling kubenci, kenapa?karena aku termasuk kedalam peringkat 30 terbesar, yang membuatku harus makan siang dijalur gelombang ketiga. Selesai makan aku dan raisa menuju kelas dan berbincang-bincang tentang menu makan hari ini.
Dikelasku ada seorang anak direktur sekolah, namanya Teddy Alrescha. Dia anak yang lumayan tampan namun paling malas dikelas yang memiliki cita-cita seorang mekanik mesin, dia selalu diperlakukan layaknya seorang raja, ya mungkin dia dipandang atas jabatan ayahnya. Kepala Sekolah sangat ingin mengambil simpati dari ayahnya Tedy, maka dari itu kepala sekolah selalu memberikan perlakuan lebih terhadap-nya. Dua minggu kedepan akan diadakan Olimpiade Matematika, temanku Deny anak yang paling pintar satu sekolah tentu tak ingin ketinggalan. Walaupun memiliki keterbatasan, namun ia tetap semangat belajar dengan bahan seadanya.
Karena olimpiade dimulai dua minggu lagi,Deny mulai giat dalam belajar. Hadiah untuk pemenang olimpiade ini lumayan besar yakni adanya biaya pendidikan untuk masuk keperguruan tinggi negeri. Harapan Deny hanya ingin masuk ke PTN ternama yang ada dikota karena ia ingin membahagiakan ibunya. Seperti biasa saat pulang sekolah kami berlima selalu mampir ke toko roti dan kopi yang berada tak jauh dari sekolah. Kami memesan beberapa potong roti dan tentunya Cappucino Latte. Deny mengeluarkan buku paket, catatan harian, hingga latihan soal matematika semua ia keluarkan dan belajar disaat itu juga. Hingga waktu menunjukan pukul 17.00 PM, kami memutuskan untuk pulang, dari kami berlima hanya aku yang pulang berbeda arah dari ke-empat temanku.
Waktu arah pulang aku teringat akan sesuatu hal yang hampir aku lupakan, aku ada janji dengan kakak tingkatku yang sudah kuliah untuk membicarakan bagaimana cara masuk PTN favorit, kita janjian sekitar pukul 17.35 PM setidaknya aku tidak terlambat. Masih ada sekitar 15 menit untuk menemuinya. Aku bergegas menemuinya segera, dan kami berjumpa di taman dekat kampus. Perbincangan dimulai, aku merasa pipiku merona merah karena apa, karena sebenarnya aku menyukai kakak tingkatku ini. Tak hanya tampan ia juga anak yang sangat pintar, dan mungkin aku mengagumi kelebihannya itu.
Aku berharap aku bisa masuk kekampus ini dan bisa bertemu dengan kakak kelas ku, Oh ya aku lupa memberi tahu namanya, Brian. Yah nama yang singkat namun sangat keren, aku tak menyangka waktu sudah hampir malam dan aku memutuskan untuk pamit dengan kak Brian. Waktu perjalanan pulang tiba-tiba saja rantai sepedaku lepas, dan itu membuatku sangat kesal, entah darimana asalnya sekelompok geng motor menghampiri ku, ketika itu aku ketakutan aku tak bisa berbuat apa-apa Aku terdiam dan membisu. Aku berdoa didalam hati agar ada seseorang yang menolongku. Mungkin Tuhan mendengar suara hatiku sosok pria jangkung yang tak asing kulihat, ya itu Tedy. Dia tiba-tiba datang dan langsung membantuku, ia mengajakku untuk segera pergi dengan menggunakan sepeda motor yang ia gunakan. Tanpa pikir panjang aku langsung ikut demi menyelamatkan diri.
Ketika sudah menjauh dari kelompok geng motor tersebut,kami berhenti disebuah taman kota. Aku tak menyangka bahwa selamaini sosok Tedy yang kulihat pemalas, sombong, dan tak peduli dengan urusan dunia ternyata memiliki sisi peduli terhadap perempuan. Hal itu ditunjukan waktu ia menyelamatkanku. Aku mulai membuka percakapan, aku mengucapkan terima kasih karena ia telah menolongku. Saat itu juga Tedy menunjukan senyum manis-Nya kepadaku. Entah apa yang kurasakan jantungku berdetak tak karuan dan itu membuat pipiku memerah. Kami berincang dibangku taman dengan sangat seru, hingga kami lupa bahwa waktu sudah hampir sangat gelap.
Karena waktu aku dikepung oleh geng motor, sepeda ku teringgal disana dan terpaksa aku harus pergi mengambil sepedaku. Namun Tedy menahanku dan mengatakan bahwa ia ingin mengantarkanku pulang.
“Tidak usah khawatir, sepedamu nanti aku yang mengambilnya. Kau naiklah nanti aku yang mengantarmu pulang, lagian hari sudah hampir gelap. Kau tidak mungkin akan kembali kesana bukan” Kata Tedy.
”Tapi aku khawatir saat tiba dirumah nanti aku dimarahi ibuku” Jawab ku.
Saat itu Tedy langsung terheran, dan sontak bertanya “Memang kenapa?”.
”Aku tidak diperbolehkan untuk berpacaran, jika ibukku mengetahui kau mengantarku pulang, aku akan habis diomeli”. Penjelasanku ternyata membuat Tedy tertawa terbahak-bahak, ternyata penjelasanku itu ia bilang sangat tidak masuk akal. Ia berkata bahwa kita ini sudah besar, sudah memiliki kehidupan sendiri dan aku masih dilarang untuk pacaran. Sungguh sebuah alasan yang membuatku malu.
“Naiklah, nanti aku yang berbicara pada ibumu. Jangan khawatirkan aku, aku akan memastikan ibumu tidak akan mengomelimu” Sambil tersenyum manis.
“Apa yang akan kau katakan pada ibuku?” Tanyaku penasaran.
“Naiklah…” Tanpa respon yang panjang.
Karena hari sudah gelap, dan aku tidak mungkin pulang sendirian, akhirnya aku mengikuti kemauannya. Saat diperjalanan pulang aku sangat gelisah memikirkan apa yang akan aku katakana pada ibukku. Saat tiba didepan rumahku ternyata ibuku sudah menantiku. Entah mimpi apa aku semalam tiba-tiba ibuku bersikap sangat ramah dan tidak ada raut emosi sedikit-pun diwajahnya.
“Rain darimana saja kamu nak,ibu sangat mengkhawatirkanmu. Siapa lelaki tampan itu? Apakah dia pacarmu?” Tanya ibukku yang membuatku bingung.
“Halo tante, saya Tedy pacarnya Rain” Memperkenalkan diri sambil tersenyum manis.
“Apa pacar? seja…” belum selesai aku berbicara ibu langsung memotong pembicaraanku.
“Kamu pacarnya Rain, kenapa Rain tidak pernah memberitahu tante jika ia sudah punya pacar. Kalau begitu ayo mampir terlebih dahulu, kau pasti sangat lelah mampirlah untuk minum teh bersama” Respon ibuku yang semakin membuatku bingung.
Jika ibukku sudah menghendaki, maka harus dituruti. Akhirnya Tedy mampir kerumahku untuk diajak minum teh bersama, apa hanya perasaanku saja ternyata Tedy adalah orang yang sangat terbuka dan kuakui akan seru jika berteman dengannya. Ibukku menyuruh Tedy untuk ikut kekamarku sebelum jamuan teh-Nya disiapkan. Kami berdua naik keatas sembari menyusuri anak tangga yang mengarah kekamarku.
Saat dikamar aku bercerita sedikit tentang keluarga ku, ayahku adalah seorang pekerja bangunan dan Ibukku menjual Ayam cepat saji dan memiliki toko didepan rumah terkadang jika ayah tidak ada waktu ia selalu membantu ibukku atau keluar untuk mencari pekerjaan tambahan. Aku juga memiliki adik laki-laki Raindino Cesta Posa, dia adalah anak yang dibanggakan oleh ibukku. Aku berbincang dengan Tedy hingga waktu menunjukkan saatnya makan malam, aku langsung mengajak Tedy menuju ruang makan dan disana sudah ada Ayah, Ibu, dan adikku. Ayahku langsung menyuruh kami duduk dan segera makan bersama.Kami bercengkrama satu sama lain dan saling tertawa bahagia.
Setelah makan Tedy memutuskan untuk pulang, saat aku menghantarnya menuju pintu utama Tedy berkata padaku bahwa keluargaku sangat mengesankan.
“Keluargamu bahagia banget yah, jadi iri…hehehe” Kata Tedy.
“Yah lumayan juga, kenapa kamu iri denganku? Apa ada yang salah pada keluargaku” Sahut ku.
“Tidak, tidak ada yang salah pada keluargamu. Aku hanya kagum pada kehangatan keluargamu”Jawab Tedy yang membuatku agak heran.
“Kenapa?” Tanyaku penuh pertanyaan.
“Tidak ada apa-apa, lain kali akan kuceritakan, Oh ya hampir lupa karena tadi aku sudah menolongmu maukah kamu jadi temanku?” Tukas Tedy.
“Jika kamu ingin begitu, Yah sudah aku mau kok jadi temanmu” Jawabku sambil tersenyum.
Saat didepan pintu Tedy langsung menaiki motor dan menyalakan lalu pergi setelah berpamitan denganku, saat itu pula aku tak menyangka bahwa aku bisa sedekat itu dengan dirinya. Padahal baru beberapa jam yang lalu aku mengenalnya, dan bisa langsung sedekat itu, ia bahkan masuk kedalam kamarku, bercanda bersama saat makan,dan tersenyum bahagia. Selama ini untuk berbicara-pun tidak bisa karena sikapnya yang dingin dan sulit untuk berkomunikasi. Ternyata setelah dipikir-pikir Tedy adalah orang baik dan ramah, mudah bergaul dan sangat asik berteman dengannya. Besoknya sepedaku telah dihantarkannya didepan rumah tanpa sepengetahuanku. Mulai hari itu aku jadi semakin dekat dengannya, baik dirumah maupun disekolah.
Hari ini ujian harian yang kedua kalinya, tadi malam aku sudah membuka sedikit-sedikit Mapel yang akan di-Uji kan hari ini. Namun saat jam pelajaran hendak dimulai, aku tak melihat sosok Tedy dikelas hingga ujian berlangsung ia tak kunjung datang. Saat setelah ujian aku bertanya kepada Pak Dika tentang Tedy yang absen hari ini,dan kata Pak Dika alasan Tedy tidak masuk hari ini karena ia sedang sakit. Mungkin ini rasa kekhawatiran seorang teman, maka pulang sekolah ini aku memutuskan untuk menjenguknya.
Diperjalanan menuju kerumahnya, aku sempat mampir ke toko buah yang ada disekitarnya. Setelah membeli buah Apel dan Jeruk yang menurutkku akan bisa membantu menyembuhkannya. Saat tiba didepan gerbang rumahnya, Nampak sepi tak berpenghuni, dan aku memutuskan untuk masuk sendiri. Yang kulihat dipekarangan rumahnya hanya sampah daun yang berserakan, bunga-bunga yang hampir mati karena tak disiram dan sebuah kolam kecil yang sudah kotor ditutupi oleh lumut.
Aku merasakan hal yang Aneh, namun aku memberanikan diriku untuk masuk. Aku memanggil Tedy sebelum aku membuka pintu rumahnya namun tak ada respon sedikitpun, dan aku langsung masuk kerumahnya. Saat berada didalam rumahnya hanya ada ruangan gelap yang disetiap sudutnya terdapat perabotan yang sepertinya tak pernah dibersihkan. Rumahnya terlihat sangat besar dan barang yang dimilikinya juga sepertinya mahal, namun mengapa gelap seperti ini. Aku berjalan masuk menyusuri ruangan demi ruangan untuk mencari dimana letak kamarnya Tedy.
Saat tiba disebuah pintu yang memiliki sinar dibaliknya, aku memiliki firasat bahwa itu kamar Tedy. Dan benar saja itu adalah kamarnya, aku mengetuk pintu dan langsung membukanya. Saat didepan pintu kamar, aku sangat terkejut melihat Tedy seorang diri terbaring lemah diatas tempat tidurnya, dengan sampah makanan berserakan dimana-mana. Tedy terkejut akan kehadiranku, ia berusaha untuk beranjak dari tempat tidurnya namun aku mencegahnya dan berusaha membuatnya untuk tetap berbaring. Aku langsung menaruh buah yang tadi kubeli diatas meja didekat tempat tidurnya.
Entah perasaan itu datang darimana, tiba-tiba air mataku jatuh melihat kesendirian seorang Tedy, aku menyangka bahwa selama ini Tedy memiliki kehidupan yang layak, makan enak, dan yang pasti kebersamaan sebuah keluarga. Saat itu pula Tedy mengetahui bahwa aku menagis, dan aku langsung cepat-cepat menghapus air mataku. Karena merasa tak tahan lagi dengan kondisinya saat ini Tedy menceritakan segala kehidupan yang ia jalani selama ini, mungkin ini yang ingin dibicarakannya saat dirumahku beberapa waktu lalu.
Ayahnya memang seorang Direktur Sekolah, namun ia tak pernah kembali kerumah sebab istri keduanya. Ibunya telah meninggal dunia dua tahun yang lalu akibat kecelakaan bus yang menewaskan beberapa korban dan adik perempuannya memutuskan untuk tinggal di luar negeri. Hanya kamar ini tempat ia mencurahkan kebahagian maupun kesedihannya seorang diri, dan tentu air mataku tak tertahan mendengar cerita keluarga Tedy. Aku rasanya ingin menemaninya setiap hari, kalau boleh-pun ia tinggal bersamaku.
Karena takut terjadi sesuatu pada Tedy, aku berencana untuk menginap dirumah dan kebetulan besok hari sabtu jadi sekolah libur. Setelah mengabari orang tuaku, aku di-izinkan dan ibukku hanya menyuruhku untuk menjaga Tedy baik-baik terutama diriku sendiri. Aku langsung membersihkan sampah yang berserakanvdimana-mana, menyiapakan makan malam, dan tentunya memberi Tedy obat. Padahal bisa dikatakan pacar bukan, saudara bukan, namun memilki rasa melebihi orang yang disayang. Yah mungkin aku sudah terlanjur sayang dan perlahan aku mulai menyukai-nya.
Pagi hari sekali aku sudah bangun, mungkin aku terbiasa bangun pagi karena ingin membantu ibukku membersihkan rumah. Aku langsung membuat sarapan untuk Tedy, dan membangunkan Tedy untuk segera mandi dan sarapan, setelah mandi Tedy langsung menuju meja makan dengan kondisi badan yang muali stabil. Karena dari kemarin aku tidak pulang,dan aku hanya memakai seragam sekolah aku meminta kepada Tedy untuk pulang sebentar berganti pakaian dan langsung kembali untuk merawat Tedy. Ia mengizinkan dan aku langsung bergegas pulang kerumah.
Saat tiba dirumah Tedy, ia masih berada dimeja makan dalam keadaan tertidur. Aku menbangunkannya dan menyuruhnya untuk kembali istirahat dikamarnya. Tedy menuruti dan langsung menuju kamarnya dan kubantu untuk menopang badannya. Ia tidur dengan pulasnya, aku memandangi wajahnya yang Tampan itu, dengan iringan detak jantung yang tak karuan. Aku tak bisa membohongi hati kecilku dan aku menyukai Tedy. Setelah dua hari sakit, Tedy sudah merasa baikan dan hari ini ia sudah masuk sekolah.
Disekolah aku sudah merasa lega karena keadaan Tedy yang sudah membaik, karena ibukku selalu membawakan bekal sarapan yang berisi 2 potong roti isi dan beberapa potong buah jadi aku memberi sedikit bekal sarapanku kepadanya. Tedy mengatakan bahwa ia ingin berterima kasih kepadaku, namun sebagai gantinya ia ingin mengajakku kencan Aku menyetujui ajakan Tedy. Saat dirumah aku bingung harus menggunakan busana apa karena aku belum pernah sama sekali kencan begitupun dengan Make-up. Ibuku yang mengetahui bahwa ini kencan pertamaku, ia membantuku untuk mempersiapkan segalanya.
Tedy sudah menunggu didepan rumah dan aku langsung bergegas keluar untuk menemuinya.
“Rain…kau sangat cantik malam ini, sungguh malam ini kau benar-benar terlihat sangat cantik” Puji Tedy yang terpesona melihat penampilanku. Aku hanya bisa tersenyum malu mendengar pujian dari Tedy. Kami langsung mampir di sebuah Restoran Ternama yang biasa digunakan untuk para Tamu berkencan. Ternyata Tedy telah menyiapkan segalanya dan itu membuatku semakin terkesan kepadanya. Makanan yang disajikan benar-benar sesuai dengan keadaan Resto, setelah menghabiskan Desserts Tedy mengajakku keluar untuk mencari angin.
Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 PM, angin bertiup cukup kencang yang membuatku sedikit dingin. Melihat kondisi bajuku yang hanya diatas siku, Tedy langsung melepas jaketnya dan menutupi badanku dan aku tersenyum. Kami melanjutkan perjalanan dan menemukan taman yang cukup ramai, Tedy memulai pembicaraan dengan hangat hingga kami menemukan bangku taman yang kosong. Saat itulah Tedy langsung mengungkapkan perasaan yang selama ini ia pendam.
“Aku suka sama kamu Rain…,aku sayang sama kamu. Selama ini aku hanya bisa berdiam dan menahannya sendiri karena aku takut jika aku menyatakannya kau akan menolakku, jadi aku hanya bisa meperhatikanmu dari jauh. Dan hari ini aku memberanikan diri untuk menyatakannya, Apakah kau mau Rain?”
“Sebenarnya dari awal ketemu sama kamu aku juga sudah suka, aku mau kok jadi pacar kamu”
Mulai saat itu, kami berdua selalu melakukan secara bersama-sama. Tedy selalu membantuku dalam belajar dan menemaniku saat aku ingin membuat komik. Olimpiade matematika tinggal 2 hari lagi,Deny semakin giat belajar. Aku ingin memberinya tahu bahwa aku dan Tedy sudah pacaran tapi karena ia sedang fokus belajar maka aku mengurungkan niatku untuk sementara, ketiga temanku Raisa, Feby, dan Lidia sudah ku beritahu dan mereka senang mendengarnya. Waktu istirahat Tedy mengajakku ke kantin dan makan bersama, kenapa bersama? karena kami berdua berada diperingkat 30 besar jadi kami makannya bisa bersama.
Besok waktu yang ditunggu-tunggu oleh Deny, ia semakin tekun dan giat dalam belajar. Saat ingin menuju kekelas aku melihat Tedy pergi menuju Ruang kepala sekolah, karena penasaran aku mengikutinya dan benar saja ia dipanggil oleh Kepala Sekolah, aku sengaja menguping pembicaraan mereka dan hari ini ketidak adilan dimulai. Kepala sekolah dengan entengnya memberikan semua kunci jawaban perlombaan, mungki ini salah satu triknya agar ia mendapat perhatian lebih dari ayahnya Tedy. Aku sangat tak menyangka Kepala Sekolah bisa berbuat hal sangat menjijikkan, namun aku menahan sebentar dan memastikan semuanya memang benar.
Aku langsung menuju kelas dengan ekspresi wajah kesal, namun aku meredamnya dengan senyuman. Waktu pulang aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Tedy secara langsung.
“Tedy aku ingin bertanya padamu, tapi kamu janji tidak marah ya?”
“Mau tanya apa? Ia aku janji aku tidak akan marah” Jawab Tedy sambil tersenyum.
“Tadi aku tidak sengaja melihatmu menuju ke ruang Kepala Sekolah, dan aku juga mendengar semua yang dibicarakan oleh kalian. Ted…kumohon jangan seperti itu kasihan Deny yang sudah giat belajar termasuk anak-anak yang ikut lomba. Jika mereka mengetahui akan hal ini mereka pasti kecewa dan akan membencimu…aku tak ingin hal itu terjadi” Terangku dengan perasaan sedih.
Tedy terdiam mendengar penjelasanku, mungkin itu membuatnya berpikir. Lalu Tedy menceritakan semuanya, jika ia menolak hal itu maka ayahnya akan tambah membencinya dan membuatnya menyendiri lagi namun disatu sisi ia tak igin menyakiti perasaan anak-anak yang lain termasuk Deny. Ini adalah keputusan yang berat, aku mengerti perasaannya saat ini dan aku memberinya waktu untuk berpikir sejenak jika sudah membaik maka baru putuskan jika itu hal yang terbaik. Tentu saja Tedy tak ingin dibenci oleh ayahnya dengan berat hati ia memilih pihak Kepala Sekolah, aku menghargai keputusan Tedy dan aku akan tetap memberikannya dukungan.
Hari ini lomba Olimpiade dimulai, dan semua peserta terkejut melihat sosok Tedy yang ikut dalam kompetisi ini bahkan ada yang mengejeknya. Kegiatan berjalan dengan hening dan penuh ketegangan, hanya Deny yang berusaha tetap tenang dalam mencerna soal, berbeda dengan Tedy yang dengan cepat mengisi lembar jawaban. Dan itu membuat seluruh peserta tidak percaya. Olimpiade berakhir pukul 13.00 PM dan akan diumumkan Pukul 15.30 PM nanti. Saat hasilnya keluar, seluruh peserta tak menyangka bahwa Tedy yang selama ini pemalas bisa mendapat juara Pertama, Deny sangat kecewa ternyata ia mendapat peringkat kedua dan itu membuat harapannya pupus.
Karena tak tega melihat Deny sedih kami berempat mencoba untuk menghiburnya, dan benar Deny terlihat cukup baik-baik saja dari sebelumya. Meskipun telah gagal ia tetap bersemangat dalam belajar ia memang benar-benar ingin masuk keperguruan tinggi, kami hanya bisa saling bisa memberi semangat satu sama lain agar kami tetap meperjuangkan mimpi kami selama ini. 9 bulan tak terasa waktu telah menunjukkan bahwa ujian kelulusan sudah hampir tiba dan kami berharap kami bisa lulus dengan nilai sempurna dan diterima di PTN favorit kami.
Saat tiba waktu kelulusan dan penentuan siapa saja yang masuk kedalam daftar peserta yang diterima di PTN favorit, semua siswa kelas 12 dikumpulkan di-aula untuk mendengarkan hasil pengumuman. Kami merasa sangat tegang dan berharap nama kami ada didalamnya, namun aku tak begitu peduli akan hal itu karena aku yakin bahwa aku tidak akan bisa masuk PTN favorit. Pengumuman diumumkan langsung oleh Wakil Kesiswaan Sekolah, beliau berkata bahwa dari 235 siswa kelas 12, yang diterima di PTN favorit hanya 32 orang dan 43 orang lagi lulus sekolah Management. Deny, Raisa, Feby, dan Lidia sangat menantikan moment ini, saat tiba siapa saja yang lolos ke PTN dan Sekolah Management mereka semua merasa gugup dan tegang tak karuan.
“Dengan lampiran ini, saya sebutkan peserta didik yang lulus di PTN dan Sekolah Management favorit. Untuk fakultas Kedokteran hanya 7 orang, fakultas ilmu pendidikan Fisika 3 orang, Fakultas ilmu seni music 7 orang, fpakultas jurnalistik 4 orang, fakultas ilmu tepknik mesin 8 orang, dan fakultas ilmu hukum 3 orang. Bagi nama yang saya sebutkan harap maju kedepan, fakultas Kedokteran ……, Deny Arya Perdana,……, fakultas ilmu seni music……, Feby james scourt, fakultas jurnalistik……, Raina Cesta Posa, fakultas ilmu tehknik mesin Tedy Alrescha. Fakultas ilmu Hukum……,Raisa Devi Tsabita. Dan yang diterima di Sekolah Management……Lidia Putri Abigail. Sekian pembacaan surat keputusan, ini sudah disetujui oleh pihak sekolah dan tidak dapat diganggu gugat lagi, sekian hari ini terima kasih, selamat siang”
“Tunggu, saya ingin menyampaikan sesuatu” Tengah Tedy yang membuat semua orang tertuju padanya, aku khawatir jika ia ingin member tahu hal yang kubahas tentang ia dan kepala sekolah. Dan benar saja hari ini semuanya ia sampaikan sedetail mungkin.
“Sebenarnya yang pantas untuk mendapatkan biaya pendidikan itu Deny bukan saya, karena apa? karena sebenarnya Kepala Sekolah telah memberi saya bocoran soal Olimpiade sehari sebelum perlombaan dimulai. Dan saya tidak ingin merasa egois dan menyakiti perasaan teman-teman sekalian, jadi saya mohon biaya pendidikan berikan kepada Deny karena sebenarnya hanya dia yang pantas untuk menerimanya. Aku mengetahui bahwa Deny memang benar-benar ingin mendapatkannya, ia belajar dengan tekun meski ia hanya memilki beberapa bahan untuk dipelajari. Jadi saya mohon berikan rasa keadilan kalian.” Sesaat setelah menjelaskan semuanya, semua orang yang berada didalam aula bertepuk tangan akan kejujuran tang dimiliki Tedy dan itu tambah membuatku Kagum akan sosok Tedy.
Keesokan harinya telah dikonfirmasi oleh Kepala Dinas Kepegawaian Negeri, bahwa Kepala Sekolah telah di Skorsing oleh pemerintah pusat selama 2 dekade, ia hanya bisa menyesali perbuatannya itu dan ia meminta maaf kepada kami semua. Sejak hari itu semua sudah merasa bahagia dan kami sekarang sudah kuliah berdasarkan jurusan kami masing-masing, aku dan Tedy kuliah di Jogja, Deny di Jakarta, Feby dan Raisa di Surabaya, sedangkan Lidia di Bandung. Kami telah melewati semua masa-masa yang indah dan kini mimpi kami jadi kenyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar